TMT Indonesia Street Art Room & Exhibition pada tanggal 3 Februari 2013 mengelola Street Art Prodo “Brotherhood Brotherwood” sebagai rangkain pameran di base TMT Indonesia Jl. Suryanegaran No. 4. Street Art Prodo “Brotherhood Bortherwood” dilaksanakan di Jembatan Kaliabu, Ringroad Barat, Banyuraden, Gamping, Sleman, Indonesia. Kegiatan ini diikuti oleh banyak pegiat street art dari berbagai kota seperti Tangerang, Bandung, Wonosobo, Klathen, Yogya dll.
Read MoreTMT Indonesia Street Art Room & Exhibition pada tanggal 3 Februari 2013 mengelola Street Art Prodo “Brotherhood Brotherwood” sebagai rangkain pameran di base TMT Indonesia Jl. Suryanegaran No. 4. Street Art Prodo “Brotherhood Bortherwood” dilaksanakan di Jembatan Kaliabu, Ringroad Barat, Banyuraden, Gamping, Sleman, Indonesia. Kegiatan ini diikuti oleh banyak pegiat street art dari berbagai kota seperti Tangerang, Bandung, Wonosobo, Klathen, Yogya dll.
Read MoreTMT Indonesia Street Art Room & Exhibition pada tanggal 3 Februari 2013 mengelola Street Art Prodo “Brotherhood Brotherwood” sebagai rangkain pameran di base TMT Indonesia Jl. Suryanegaran No. 4. Street Art Prodo “Brotherhood Bortherwood” dilaksanakan di Jembatan Kaliabu, Ringroad Barat, Banyuraden, Gamping, Sleman, Indonesia. Kegiatan ini diikuti oleh banyak pegiat street art dari berbagai kota seperti Tangerang, Bandung, Wonosobo, Klathen, Yogya dll.
TMT Indonesia Street Art Room & Exhibition pada tanggal 3 Februari 2013 mengelola Street Art Prodo “Brotherhood Brotherwood” sebagai rangkain pameran di base TMT Indonesia Jl. Suryanegaran No. 4. Street Art Prodo “Brotherhood Bortherwood” dilaksanakan di Jembatan Kaliabu, Ringroad Barat, Banyuraden, Gamping, Sleman, Indonesia. Kegiatan ini diikuti oleh banyak pegiat street art dari berbagai kota seperti Tangerang, Bandung, Wonosobo, Klathen, Yogya dll.
TMT Indonesia Street Art Room & Exhibition pada tanggal 3 Februari 2013 mengelola Street Art Prodo “Brotherhood Brotherwood” sebagai rangkain pameran di base TMT Indonesia Jl. Suryanegaran No. 4. Street Art Prodo “Brotherhood Bortherwood” dilaksanakan di Jembatan Kaliabu, Ringroad Barat, Banyuraden, Gamping, Sleman, Indonesia. Kegiatan ini diikuti oleh banyak pegiat street art dari berbagai kota seperti Tangerang, Bandung, Wonosobo, Klathen, Yogya dll.
TMT Indonesia Street Art Room & Exhibition pada tanggal 3 Februari 2013 mengelola Street Art Prodo “Brotherhood Brotherwood” sebagai rangkain pameran di base TMT Indonesia Jl. Suryanegaran No. 4. Street Art Prodo “Brotherhood Bortherwood” dilaksanakan di Jembatan Kaliabu, Ringroad Barat, Banyuraden, Gamping, Sleman, Indonesia. Kegiatan ini diikuti oleh banyak pegiat street art dari berbagai kota seperti Tangerang, Bandung, Wonosobo, Klathen, Yogya dll.
Pada Februari 2013 hari ke-3 di Jembatan Kaliabu, Ringroad Barat – Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta ada satu moment street art yang disebut “prodo” yang dikelola oleh TMT Indonesia Street Art Room sebuah alternative space mandiri dari Yogyakarta. Sebagai masyarakat awam saya bertanya-tanya, “apa sih street art prodo itu?”. Ketika saya coba bertanya pada salah satu pengelola acara tersebut saya dapat sedikit pencerahan bahwa prodo adalah “nggambar bersama”. Dengan sedikit “kemudengan” itu saya coba cari-cari informasi lagi. Dari berbagai sumber informasi akhirnya saya simpulkan untuk diri saya sendiri bahwa prodo dalam street art berarti pembuatan karya street art (live performance/exhibition) dengan cara dan teknik masing-masing pada satu media tembok yang sama, memanjang dan dilakukan bersamaan oleh banyak pegiat street art. Entahlah ini definisi yang benar atau tidak (saya gak peduli) tapi toh setiap masyarakat awam baik mereka yang suka dengan street art ataupun tidak sama sekali juga punya hak untuk mengartikan dan menilai karya street art di jalanan, yang terbuka dan bebas. Kebetulan saja saya warga awam yang suka karya street art dan bukan salah saya juga kalau kemudian saya menjadi kecanduan dengan karya-karya di jalanan dan suka iseng nyari-nyari tahu arti istilah-istilah dalam dunia street art yang aneh-aneh itu.
Read MorePada Februari 2013 hari ke-3 di Jembatan Kaliabu, Ringroad Barat – Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta ada satu moment street art yang disebut “prodo” yang dikelola oleh TMT Indonesia Street Art Room sebuah alternative space mandiri dari Yogyakarta. Sebagai masyarakat awam saya bertanya-tanya, “apa sih street art prodo itu?”. Ketika saya coba bertanya pada salah satu pengelola acara tersebut saya dapat sedikit pencerahan bahwa prodo adalah “nggambar bersama”. Dengan sedikit “kemudengan” itu saya coba cari-cari informasi lagi. Dari berbagai sumber informasi akhirnya saya simpulkan untuk diri saya sendiri bahwa prodo dalam street art berarti pembuatan karya street art (live performance/exhibition) dengan cara dan teknik masing-masing pada satu media tembok yang sama, memanjang dan dilakukan bersamaan oleh banyak pegiat street art. Entahlah ini definisi yang benar atau tidak (saya gak peduli) tapi toh setiap masyarakat awam baik mereka yang suka dengan street art ataupun tidak sama sekali juga punya hak untuk mengartikan dan menilai karya street art di jalanan, yang terbuka dan bebas. Kebetulan saja saya warga awam yang suka karya street art dan bukan salah saya juga kalau kemudian saya menjadi kecanduan dengan karya-karya di jalanan dan suka iseng nyari-nyari tahu arti istilah-istilah dalam dunia street art yang aneh-aneh itu.
Read MoreKata pertama yang muncul di benak saya melihat karya stencil di gerbong kereta ini adalah “sela”. “Sela” (pengucapannya “se” (bahasa indonesia)+”law” dalam bahasa inggris =hukum) adalah kata dari bahasa Jawa yang bermakna ‘punya banyak waktu senggang” dan mengandung arti juga santai, iseng, dan sejenisnya.
Bagaimana tidak? Masang master stencil di gerbong kereta pasti tidak mudah. Harus menyiapkan ilmu mata-mata untuk sebelumnya mengamati kondisi area sehingga tahu kapan waktu yang tepat untuk berkarya, harus belajar sosiologi, antropologi dan komunikasi untuk bersiap-siap seandainya ketangkap basah sehingga dengan banyak cara bisa berdialog dan berdialektika dengan penangkapbasah atas karya stencilnya dan mungkin perlu matematika untuk tahu secepat apa bisa menyelesaikan stencilnya sehingga tidak ketangkap basah. Seloow kan..
Ketika lewat jalan ini, sebuah jalan cukup ramai dekat Stasiun Bandung di Jalan Stasiun Barat, saya cukup terhenyak dengan tumpukan sampah got yang ditumpuk begitu saja di sepanjang got/selokan yang memanjang sederet dengan tembok pagar area stasiun. Di tembok itu ada banyak sekali karya street art baik itu graffiti, stencil maupun mural. Menarik sekali karya-karya di sana, dan karya ini cukup menarik perhatian saya. Sejenak saya berpikir apa yang mau dikatakan sang pelaku dengan karya ini. Mungkin area ini tempat orang kencing, sehingga ada karya yang asal saja kami beri judul Mostrash Reflect.. sesuai tulisan yang ada di sana. .. mmhm.. jangan kencing di sini, banyak orang yang lihat.. :) (urbancult.net – RG)
Read More